Total Tayangan Halaman

Rabu, 13 Juli 2011

"karate dihatiku tak lekang oleh waktu"

Nama ku Sadiah Nuraini, aku biasa di panggil Diah. Dan saat ini aku sudah memasuki tahun ke-3 menjadi seorang siswi di SMK N 17. Tak terasa waktu berjalan begitu cepat dan begitu banyak cerita yang terukir di sekolah ini baik suka maupun duka. Dan hari ini aku bersama Devi sahabatku, berencana ke rumah kak Fadly untuk menyelesaikan tugas-tugas kami untuk persiapan acara “Semarak Gebyar Kumite 17” yang insya Allah akan dilaksanakan pada bulan Agustus untuk memperingati HUT Kemerdekaan RI yang ke-63.

***
          Pada saat jam istirahat aku main ke kelasnya Devi.
“Dev, hari ini jadi kan ke rumah kak Fadly.” kataku pada Devi yang sedang duduk di tempatnya.
“iya jadi.” jawab Devi.
Sekedar informasi kak Fadly adalah seorang Danpas (Komandan Pasukan) alumni SMK N 17 jurusan Akuntansi lulusan tahun 2008 atau 1 tingkat diatasku.
Saat ini aku sedang sibuk sekali dengan urusanku di Ekstrakurikuler yang namanya KARATE. Satu sisi kami sedang sibuk mempersiapkan acara pertandingan karate, dan disisi lain kami sibuk dengan masalah yang sedang menimpa ekskul kami, karena taruhannya adalah Ekskul kami di Black List dari ekskul di SMK N 17. Bahkan kabar berita yang mengatakan bahwa karate dikeluarkan dari ekskul di SMK N 17 ini sudah menyebar ke semua murid di sekolah. Mereka bertanya-tanya,
-         apa benar Karate dikeluarkan?
-         Kenapa?
-         Kok bisa sih?
-         Masalahnya terlalu rumit yah sampai-sampai tidak ada jalan keluar lagi selain dikeluarkan?
Aku bingung mau jawab apa ke mereka, karena semuanya belum begitu jelas. Mungkin cuma Seimpai- seimpai kami saja yang sudah tahu keputusan dan kejelasan ini semua tapi belum sanggup bicara kepada kami.

***
Hingga pada suatu hari ditengah kesibukan kami mempersiapkan acara SGK 17, ketika aku dan Devi sedang berada di rumah kak Fadly, gak disangka-sangka kak Fadly memperlihatkan sebuah catatan yang ada di komputernya. Aku dan Devi pun penasaran dengan isi catatan itu.
“Catatan apa sih kak? Soal karate ya? Emang surat keputusan dari sekolah udah keluar ya kak?" tanya ku penasaran.
“Liat aja sendiri, entar juga tau.” ucap kak Fadly membuat kami semakin penasaran.
Akhirnya aku dan Devi pun membacanya dengan serius. Dan ternyata itu sebuah surat yang ditujukan kepada orang-orang penting di sekolah.

Adapun isi surat itu :

"Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Saya Fadly Dzil Ikram alumni SMK Negeri 17 Jakarta.

Maaf atas kelancangan surat ini,

Surat ini dibuat atas dorongan hati nurani yang sedang gelisah diantara kegelisahan adik-adik saya yang masih menantikan jawaban atas keputusan yang Bapak dan Ibu buat.
Saya tak sanggup hati menyampaikan berita yang akan membuat hati mereka tersakiti.
Hingga detik surat ini dibuat, mereka masih belum mengetahui apa yang terjadi pada ekskul mereka dalam hal ini KARATE tentunya.
Saya merasa gundah akan berbagai macam pertanyaan yang akan mereka tanyakan pada saat mengetahui hasil keputusan yang telah dibuat.
Saya tidak dapat membayangkan apa yang akan terjadi dalam hati mereka bila mengetahui berita ini.
Saya takut semua ini menggangu pikiran mereka yang tidak tau-menau tentang apa yang terjadi dibalik sebuah keputusan ini.

Kisah curahan hati adik adik yang melaporkan kejadian awal timbulnya masalah ini…

Suatu hari ada seorang orang tua anggota melaporkan kekurangmampuannya untuk membayar ujian karate kepada bapak pembina Ekskul Karate.
Ada anak yang bercerita bahwa bapak itu tidak tau tentang ujian,
Saya mengakui bahwa memang BENAR saya belum memberitahukan tentang ujian itu kepada Beliau.
Itu terjadi karena ada kesalahfahaman antara pengurus Karate disekolah dengan pengurus Karate yang dibawahi Seimpai-seimpai.
Pengurus Karate disekolah mengira bahwa sudah ada pemberitahuan sebelumnya kepada bapak Pembina Karate, dalam hal ini saya yang bertanggung jawab.
Sedangkan Pengurus Karate yang dibawahi seimpai tersebut belum memberitahukan kepada Pembina Karate.dan menyerahkan kepada sekolah yang bersangkutan.
Permasalahan ini murni kesalahan saya sebagai DANPAS (Komandan Pasukan) yang kurang kepekaan dalam berkoordinasi dengan Pembina ekskul sendiri.

Dalam kenyataannya berdasarkan saksi-saksi anggota Karate yang menceritakan kepada saya Pembina ekskulnya (yang dalam hal ini sebagai PEMBINA Ekskul Karate) mengumpulkan siswa-siswa yang tidak tahu apa-apa tentang Karate dan selukbeluk permasalahan dikumpulkan dilapangan.
PEMBINA itu membeberkan aib yang sudah lama telah selesai dibahas, dia “mencaci” ekskul yang dibinanya, yang sebelumnya menyuruh anggota Karate didepan siswa-siswa, mereka sudah seperti “TERSANGKA TEROR BOM” yang diperlihatkan wajahnya yang polos tanpa tau apa kesalahan mereka.
Setelah kejadian itu saya diberitahukan oleh para anggota dan siswa yang lain bahwa Ekskul Karate DI NONAKTIFKAN sampai MOS berakhir dan tidak boleh mengikuti acara MOS.
Pada suatu hari ada seorang seimpai yang bertemu dengan bapak Pembina, beliau mengatakan bahwa Ekskul Karate dinonaktifkan sampai batas waktu yang tidak ditentukan.
Sampai kini SURAT KEPUTUSAN BERSAMA antara pembina OSIS dan wakil kepala sekolah bidang kesiswaan belum kami beritahukan kepada adik-adik di sekolah.

Isi Surat Keputusan tersebut:

“Dengan ini memutuskan bahwa terhitung sejak tanggal 14 Juli 2008, kegiatanekstrakurikuler KARATE dinonaktifkan. Hal ini dilakukan karena ekstrakurikuler KARATE sudah beberapa kali melakukan kekeliruan yang tidak sesuai dengan tata tertib dan peraturan sekolah. Kami sebagai Pembina Kesiswaan sudah melakukan pembinaan/koordinasi dengan pihak ekstrakurikuler KARATE, namun tetap tidak menindakkan tata tertib dan peraturan sekolah.”


Timbul berbagai pertanyaan dipikiran saya dan mungkin dipikiran adik-adik saya bila membaca surat itu.
1. Karate dinonaktifkan sampai kapan?
2. Sebanyak apa permasalahan karate yang timbul setelah pergantian PEMBINA sampai pembina itu menjatuhkan mental kami dan membuka aib yang tidak kami ketahui?
3. Apa tugas PEMBINA KESISWAAN? Hanya mencibir?
4. Apakah pernah PEMBINA KESISWAAN melakukan PEMBINAAN dengan semestinya? Kapan?
5. Apakah Pernah PEMBINA KESISWAAN turun secara langsung? Kapan?
6. Apakah Bapak-bapak yang terhormat tidak punya kesalahan?
7. Apa Perlu kesalahan tersebut diungkap didepan umum?
8. Dimana hati nurani kalian?
9. Apakah ini PEMBINAAN?
10. Apakah pernah berdialog tentang masalah ini secara baik-baik dengan kami secara langsung?
11. Apakah kami tidak mempunyai hak suara?
12. Bagaimana jika masalah ini menimpa kalian?
13. Pernahkah hanya sekedar menengok bila kami dalam kesulitan?
14. Pernahkah mendukung secara penuh apa yang kami kerjakan?
15. Sudah puaskah Anda dengan keputusan yang dibuat ini?
16. Sudah adilkah keputusan ini?
Dan masih banyak lagi pertanyaan yang akan timbul dan lebih kritis dari yang diatas.


Kesalahan yang telah kami perbuat dan pembelaan berdasarkan singgungan Bapak Pembina kami dan dalam kenyataan yang terjadi :
1. Tidak izin dalam Gasuku didaerah bogor tahun 2007
   Pembelaan : Sudah memberi pemberitahuan kepada orang tua dan sudah mengizinkan, masalah biaya banyak yang diberikan keringanan khusus SMK N 17.
2. Membongkar kaca ruang osis
   Pembelaan : Keperluan sangat mendesak dengan mempertaruhkan keselamatan para peserta pertandingan karate yang memerlukan kotak P3K yang terkunci didalam ruang osis, pemegang kunci sekaligus Pembina karate tidak dapat dihubungi saat itu.
3. Membawa pihak luar selain keluarga SMK N 17
   Pembelaan : Mungkin saat ada pertandingan karate yang diselenggarakan di SMK N 17 dalam rangka HUT RI, selain hari itu murni anggota dan seimpai.
4. Pembelian Pakaian yang tidak memberitahukan Bapak Pembina karate.
   Pembelaan : Kami tidak memungut biaya apapun yang melebihi harga pakaian karate tersebut, jika ada uangnya ditaruh di kas Karate 17, dan kami membebaskan siswa untuk membeli pakaian dimanapun sampai batas waktu yang telah disepakati bersama.
5. Buka Puasa Bersama yang dianggap illegal
   Pembelaan : Sudah ada proposal yang sudah ditandatangani Kepsek, acara tersebut dihadiri juga oleh Bapak Irfan Al Karim, Ka.TU thn 2007,

Prestasi yang telah dicapai :
1. Membuat anggota menjadi lebih disiplin
2. Mampu bekerja sama antar ekskul dalam melakukan pembinaan (hanya Karate yang berani membuat trobosan)
3. Menjadikan karate SMK N 17 sebagai acuan ranting-ranting lain,
4. Menjadikan anggota karate SMK N 17 sebagai pelatih-pelatih yang handal.
5. Membuat perpustakaan karate (PERPUSKAR 17)
6. Membuat Perpuskar 17 Scientist, yang memberikan bimbingan belajar secara cuma-cuma untuk anggota serta siswa SMK N 17 yang lainnya.
7. Memberikan materi kecakapan hidup selain bela diri, seperti kerohanian, baris berbaris, kesehatan, organisasi, kemiliteran dan lain-lain.

Untaian kata terakhir :
Saya hanya seorang anak yang membutuhkan keadilan, selayaknya manusia biasa.
Terima kasih atas semua bimbingan Bapak dan Ibu,
Mohon maaf atas kata-kata yang menyinggung perasaan Bapak dan Ibu.
Jika ingin menghakimi atau berpendapat dimohon langsung hubungi saya karena saya yang bertanggung jawab atas tulisan ini bukan adik-adik saya yang tidak berdosa."

Hub ini:
Fadly Dzil Ikram
Hp : 0856 766 5xxx
Jl. Tali Raya No 19 RT.008/003, Slipi 11410
NIS. 7480
                                                                   Hormat sang fakir,


                                                                    Fadly Dzil Ikram
                                                           No. Induk Pasukan 029040203



          “Hei… Hellooooo… Assalamu’alaikum…” teriak Devi menyadarkanku dari lamunan setelah membaca curhatan kak Fadly itu. Sungguh kakak yang sangat aku kagumi dan aku banggakan. Bersyukur bisa kenal seorang kakak seperti kak Fadly (semoga aja orangnya gak ge-er… hehe).
“Kak, kata-katanya dalem banget sih! Nyentuh banget bacanya.” kataku pada kak Fadly. Oia, saat ini aku dan Devi sedang berada di rumah kak Fadly. Kami sedang mempersiapkan acara pertandingan karate dan kami sebagai tuan rumahnya (rencana awal sich gituu, tapi berhubung kami sedang ada masalah dengan sekolah, terpaksa ngadainnya di ranting lain).
“Bahkan suratnya udah kakak kasih ke kepsek.” ujar kak Fadly padaku dan Devi.
“Haaa, yang bener kak, iiih berani banget sich kak…” jawab Devi kaget.
“Kenapa mesti takut, emangnya kita salah, itu kan cuma bentuk protes kakak aja ke sekolah.” ucap kak Fadly santai.
“Tapi bener juga kak, biar mereka tau dan introspeksi diri biar jangan kita terus yang disalahin.” lanjutku.
Saking seriusnya ngebahas masalah surat itu, kita sampai lupa masih punya tugas yang harus diselesaikan. Dan tak terasa hari pun semakin sore, tugas-tugas pun telah kami selesaikan. Aku dan Devi pun berpamitan pulang.

***
Sinar matahari pagi menyusup diantara sela-sela gorden yang masih tertutup. Semilir angin bergantian keluar-masuk kamar melalui ventilasi diatas jendela dan pintu. Cahaya yang masuk membuat seisi kamar tampak terlihat lebih jelas. Dor, dor, dor! Bunyi pintu digedor. Sebenarnya sih, sebelum berubah gedoran, suaranya berupa ketukan, tuk,tuk,tuk. Karena pintu tidak terbuka juga, akhirnya berubah menjadi lebih mengeras.
“Diah ayo bangun udah siang.” terdengar suara Emak berteriak, “Diah udah jam setengah enam kamu harus sekolah sekarang.”
seru Emak dengan nada tinggi.
“Hhuuachhhh,” aku menguap.
“Iya mak, Diah udah bangun.” sahutku dengan mata yang belum terbuka sempurna dan nyawa yang masih mengambang di alam mimpi.
Setelah lima belas menit kemudian, aku sudah rapi untuk segera berangkat ke sekolah.
“Kamu lama banget sih, coba kamu lihat sekarang udah jam berapa?” kata Emak sambil menunjuk ke arah jam.
“Iyaaaa… ini juga mau berangkat.” kataku singkat.
“Ya udah aku jalan dulu ya Mak, entar aku telat lagi terus disuruh bayar Rp.1.000,-  kan lumayan tuh duit buat beli es di kantin. Assalamualaikum.” sambil cium tangan Emak seraya berpamitan.

***
Udara hari ini luar biasa panasnya. Matahari sedang semangat-semangatnya memancarkan sinarnya. Tidak terasa bel berbunyi menandakan saatnya jam istirahat. Semua siswa yang merasa lelah, letih, dan lesu berubah menjadi segar. Semua siswa dengan semangat berbondong-bondong menuju kantin, mushola, perpustakaan, bahkan ke lapangan untuk sekedar bermain bola. Mereka terlihat sudah tidak sabar lagi ingin cepat mengisi perut yang lapar, ingin segera melaksanakan sholat sunnah dhuha, ingin sekedar membaca buku di perpus, atau sekedar mengobrol dan bercengkerama sesama teman di depan koridor kelas masing-masing.
Sedangkan aku sendiri, aku lebih memilih untuk menunaikan sholat dhuha di mushola. Bukan karena rutinitas yang selalu aku lakukan setiap jam istirahat, namun karena hati dan pikiranku yang sedang gundah gelisah akan nasib ekskul tercintaku di sekolah ini.
Selesai sholat, aku tidak langsung beranjak dari tempatku sholat. Aku berdialog dengan diriku sendiri dan berusaha introspeksi diri.
“Apapun keputusannya nanti, kita harus siap menerimanya. Mungkin ini jalan yang terbaik untuk kita. Kalau kata kak Yudha, kita akan menyandang nama baru “Purna Karate SMK N 17” atau “Ex Karate SMK N 17”.
“Detik, menit, jam, hari, minggu, bulan, tahun lewat penuh arti.
Dan kini, apa yg selama 2 tahun aku jalani bersama semuanya telah berakhir. Betapa adilnya Allah, menciptakan pertemuan dan perpisahan. Kini, sepi mulai menghampiri, menyeruak dalam pekatnya udara yang lari menyongsong helaian kabut yang tersembunyi di pucuk-pucuk mimpi. Semua telah terjadi, kini hanya sepi yang merasuki diri ini bersama lembaran kenangan cerita indah di Karate 17.
Entah kenapa setiap hari selalu ada hal yang membuat aku tertawa. Kadang kala juga ada hal yang bisa membuat aku menangis dan sedih. Dan kini, itu semua tak akan bisa aku rasakan lagi setelah tak ada lagi Karate 17 di SMK N 17 ini. Tak bisa lagi ku dengar suara tawa teman-teman yg selalu membuat berisik dan rusuh di saat kita sedang latihan di lapangan. Tak bisa lagi aku lihat tingkah lucu dan kocak “Trio Bajaj” (Eqi, Dicky, Aji) yang selalu membuat aku tertawa atau pun kesal. Hari yang takkan bisa terulang lagi. Maafkan jika ada kesalahan terhadap sesama anggota. Mungkin kata terakhir itu yang ingin sekali aku ucapkan.
Ingat dan sadarlah, kamu sekarang sudah kelas 3, sudah saatnya kamu fokus dengan sekolahmu, jangan pikirkan lagi masalah-masalah yang ada di ekskulmu. Ukirlah prestasi di bidang akademikmu. Buatlah bangga orang tuamu. Sambut masa depan cerahmu. Kejarlah semua cita-citamu, dan jangan pernah menyerah untuk mendapatkan sesuatu yang kamu inginkan...

***
Bel pun berbunyi menandakan jam belajar mengajar di mulai kembali. Aku pun kembali ke kelas dengan mata sedikit sembab, dan berharap tidak ada yang menyadari kalo aku abis nangis di mushola. Dan Alhamdulillah tidak ada yang bertanya bahkan Sundari sekalipun (teman sebangkuku). Kini aku harus bangkit, jalan hidupku masih panjang. Karate memang sudah tidak ada lagi d SMK N 17 ini, namun “Karate Dihatiku Tak Lekang Oleh Waktu”


“TO BE COUNTINUE”248679_1533703801653_1806542761_968420_987152_n.jpg

Tidak ada komentar:

Posting Komentar