Total Tayangan Halaman

Rabu, 03 Oktober 2012

sebagian orang "merasa sendiri"

Sebagian orang "merasa sendiri" (including me) ^_^

ada yang istiqomah sebelum halal tercapai berikhtiyar dgn perbaikan diri.. ada pula yang mencoba getol "mencari" namun belum juga dapet.. atau ada yang emang "kualitas pribadinya yang kurang" sehingga "gak laku".. namun ada pula yang dianggap "memiliki kelebihan" atau daya tarik tertentu menjadikan dia di idolakan atau diharapkan oleh beberapa la
wan jenisnya untuk menjadi pasangan halal mereka..

..Apapun itu..
Semuanya adalah ujian dan cobaan bagi kita..

-wajah tampan atau cantik rupawan, kecukupan finansial bisa menjadi bumerang bagi pemiliknya kalo gak bisa menjaga diri dari godaan manusia yang menginginkannya..

-sikap dewasa dan nyaman berkomunikasi pun bisa menjadikan orang yg diajak bicara terutama lain jenis salah kaprah, misal’y berawal simpati menjadi suka-suka’an, dari temen jadi demen.. ehem2.. :p

-keshalihan seseorang pun bisa menjadi cobaan saat dinilai orang lain sosok yang berkualitas dan cocok menjadi figur kepala/ratu rumah tangga yg akan menjadi suri tauladan keluarga nantinya..

-dan nilai2 positif lainnya yang bisa menjadi Magnet lawan jenis dalam berharap dan berburu menjadi pendamping hidupnya..

..Disisi lain..
Berapa banyak sahabat kita yang 'ngeluh' sendiri dan "merasa gak laku"..?? Ada Apa Dengan Mereka..?? apakah mereka tidak memiliki teman, keluarga atau sahabat? kadang ada status tetangga sebelah yg bilang "Gue Jomblo ada gak yang mau sama Gue" ?

Kalo kamu Jomblo SO WHAT ??? emang kalo jomblo/single trus ketemu lawan jenis yang single, emang Langsung Mau Apa? Eggak Kan? Kalo sampe di obral gitu kan pertanda dia Belum Tentu Pilihan Yang Terbaik, Karena Diobral Murah Tidak Menghargai Diri’y Sendiri..

Ciptakan kualitas diri agar terwujud nilai tambah dan menjadi sosok "High Quality Jomblo" Dan status single pun bukan suatu hal yang tabu jika kita mampu menjadi pribadi single/jomblo yang berkualitas, dimana saat kita mulai siap atau berniat membangun rumah tangga hanya tinggal minta sama Allah dan memantapkan niat saja..

Semoga sahabat yang masih single (termasuk diriku) dan rindu menikah agar gak asal pilih dan asal comot aje, bisa menyeleksi calon pasangan hidup agar bisa menemukan dan bersanding dengan kekasih halalnya dalam keistiqomahan dan kasih sayang dalam ikatan ukhuwah penuh kasih hanya berharap Ridha Lillahita'ala..

Aaamiiin Yaa Rabbal'alaamiiin..

tetap bahagia menjadi lajang

*Tetap Bahagia Menjadi Lajang*

Bismillah...

apa kabar sahabatku semua? kali ini mo bagi-bagi tips nich buat yang masih setia melajang *jiiiaaaa..melajang kok setia?*. mungkin selama ini kita sering terbuai oleh catatan-catatan yang indah tentang pernikahan, ampe pada jadi ileran, sakit kepala, pusing-pusing, mual, badan meriang, mata merah, *stoooop, ini mah udah lebay banget ya?* saking pengen
nya menikah, trus gmn donk klo emang Allah belum mengijinkan kita menikah? belum mempertemukan kita dengan belahan jiwa kita? apa harus nangis guling-guling? teriak-teriak ngak jelas, banting sana-sini? ampe menangis darah biar Allah kasian gitu, trus ngirimin kita pangeran tampan baik hati nan sholeh untuk menjemput kita menjadi permaisuri dikerajaan cintanya? *tsaaa..bahasa dongeng banget ya..* hmmm..kayaknya ngak perlu segitu lebaynya lah ya? nikmati hidup ini, nikmati kesendirian ini, toh banyak hikmah yang tersembunyi dari status lajang kita..klo kata bang Ali ni yee.."ada Rahasia dibalik Rahasia" *korban sinetron dech ni anak* okey pren..kayaknya ni prolognya udah kepanjangan dech, yuuuk langsung aja ke TKP *emang ada kasus apa ya?*

BAGI seorang wanita pada umumnya perempuan pd khususnya akhwat tepatnya, melajang dalam usia matang sungguh tak nyaman. Betapa pun, menikah adalah kebutuhan fitrah setiap manusia. Tidak terpenuhinya kebutuhan ini sangat bisa jadi menjadi penyebab guncangan jiwa yang bersangkutan. akibatnya jd pada sering diare, mules-mules, suka mengkhayal, dan tak jarang suka TePe-TePe, alias Tebar Pesona...*hayooo..yg senyum2 sendiri berarti mengalami hal yang sama ya?* oke gan, kita lanjut lagi biar pada serius nich.

Bagi seorang wanita normal, keluarga dan anak-anak adalah harapan dan cita-cita. Keluarga adalah tempat mengabdi yang membawa ketenangan. Anak-anak adalah amanah yang membawa kebahagiaan. Sangat wajar, jika setiap wanita menginginkan adanya fase menikah dalam hidupnya. *emangnya ada gitu wanita yg ngak ingin menikah?? "bertanya dengan lugunya..hehehe*

Tapi masalahnya ni ya, menikah itu ngak bisa dilaksanakan secara sepihak. Menikah membutuhkan pasangan, yang dalam situasi, kondisi dan masa tertentu tidak mudah ditemukan. Karena kriteria yang tak sepadan, karena kuantitas yang tak terpenuhi, maupun karena takdir belum menentukan. pokoknya karena-karena yang lainnya dech. dan akhirnya terjadilah fenomena yang amat menakjubkan pada masa sekarang, dimana emang udah banyak fenomena-fenomena aneh. menjamurnya wanita lajang yang udah cukup umur.

Lantas bagaimana? trus piye iki? baa caro nyo iko? *halah bahasanya ribet banget*

"Bersabar, menunggu dan bertakwa kepada keputusan Allah" kalimat ampuh bin mujarab itu yang sering kita denger, kita baca? kita plototin kan? dan kita sepakati pula. Hal ini barangkali hikmah diperbolehkannya poligami oleh kaum pria, dan mungkin sudah tiba masanya. *pliiiis jgn timpuk saia buat yg anti poligami..* Ini pendapat lain, yang saia juga tidak menolaknya. Namun, apakah hanya itu? *mikir dengan serius, ampe bola lampu dikepala nyala..*
Saia kira masih ada alternatif lain, yang lebih progresif bukan pasif dan bisa dilakukan secara mandiri oleh seorang wanita. mau tau? mau tau..mau tauuu? *ustad maulana mode idup*

begini saudara-saudari yang mencintai saya.. hehehe.. saya teringat sebuah kisah tentang seorang muslimah perkasa di punggung Gunung Kidul. Wanita itu sangat aktif utamanya dalam kegiatan dakwah dan sosial. ngak perlu lah ya saya sebutin namanya, ntar saya kalah populer lagi dari do'i, cukup saya, Allah dan kita yang tau..

Dengan sepeda motornya ia menjelajahi pelosok desa, mengisi kajian dan memberikan penyuluhan di kampung-kampung miskin dan desa-desa terpencil. Ia menjadi panutan, ia menjadi konsultan, ia menjadi acuan, ia menjadi tempat orang-orang lugu itu meminta nasehat. pokoknya ia menjadi the best inspirasi dan contoh nyatalah buat orang-orang yg mengenalnya .

Muslimah itu, masih lajang dalam usianya yang 35 tahun. Muslimah itu, mengasuh tiga anak yatim dengan kemampuannya sendiri. Muslimah itu, tidak kesepian karena ia punya ‘keluarga’. Wanita itu tak kehilangan fitrah kewanitaannya karena ia punya ‘anak-anak’ tempat ia mencurahkan cinta dan perhatian. Muslimah itu tidak digugat kesendiriannya karena ia menebar manfaat. *jadi intropeksi diri, dengan berlinangan air mata, bertanya pada diri sendiri, manfaat apa yg udah saya berikan? bukankah saya juga termasuk lajang?*

Membaca kisahnya, banyak inspirasi yang bisa diambil oleh kaum wanita, dan saya pun ingin meneladaninya. Apa yang dilakukan muslimah tersebut bisa menjadi salah satu alternatif jawaban atas problema banyaknya wanita-muslimah umumnya, perempuan baik-baik khususnya, akhwat sholehah tepatnya- berusia matang yang belum menikah. *yg ngerasa tunjuk tangan, trus lapor ke saya biar saya sensus* Apa yang dilakukan si muslimah perkasa itu, memberikan hikmah yang banyak bagi kemanusiaan.

Pertama, jika kita renungan secara mendalam lebih dalam lagi leebih dalam ampe ketemu air *emang lg gali sumur ya?*, menjadi lajang bukanlah sebuah aib dan dukacita. Menjadi lajang membuka pintu-pintu amal dan manfaat bagi diri dan masyarakat, seperti halnya yang dilakukan si muslimah yang kita gosipin tadi.. yes menjadi Lajang itu anugrah sis.. *dengan semangat 45 nya..*

Kedua, seorang wanita lajang akan lebih mudah bergerak dan beraktifitas karena ia tak dibebani tugas-tugas kerumahtanggaan. karena kita kan nggak harus ngurusin anak, suami dan segala tetek ngak pake bengeknya lah ya, kecuali klo emang ente asma.. Seorang wanita lajang akan bisa lebih banyak berbakti kepada masyarakat dengan modal waktu, peluang dan kemampuan yang ia miliki. Berapa banyak selama ini aktifitas sosial masyarakat yang mandeg karena ditinggal penghasungnya (yang seorang wanita) menikah? Berapa banyak aktifitas yang masih terus berkembang karena penyandangnya ‘alhamdulillah’ masih lajang dan punya waktu banyak untuk berkomitmen? *nyok kite survey.. berapa banyak kasus ini dilingkungan kita..*

Lantas bagaimana memenuhi kebutuhan fitrah sebagai wanita? *pinter nich klo ada yg nanya begitu, ntu artinya wanita normal* Bukankah pintu tebuka lebar juga? Lihat, betapa banyak anak-anak di dunia ini yang butuh asuhan, pendidikan dan usapan tangan lembut kaum wanita? Apalagi di Jakarta yang sedemikian tua dan menyimpan banyak problema terutama berkaitan dengan anak jalanan, anak miskin, anak yatim dan anak-anak yang kurang dalam pendidikan dan asuhan. *klo nggak nemu, saya juga masih minat kok jadi anak asuh...*

pernah nggak sich terpikir Dalam kesendirian dan kemandirian kita ini, barangkali Allah memang mengirimkan kita yang setia dengan lajangnya ini untuk anak-anak tak mampu, untuk dididik, untuk diasuh. “Mereka adalah anak-anak kita juga,” begitu kata Emha Ainun Najib pernah mengatakan dalam salah satu tulisannya di buku “Markesot Bertutur”.

Anak-anak sesungguhnya adalah anak-anak dunia, amanah dari Allah yang mesti dijaga. Sekalipun mereka tidak lahir dari rahim kita. *ya iyalah masa anak-anak setan ato anak-anak jin.. itu mah ogaaaaah*
Saya percaya, selalu ada hikmah di balik setiap realitas yang ditetapkan Allah. selalu ada rahasia dibalik rahasia, karena hidup ini penuh teka-teki dan misteri.. *dah kayak maen di labirin aja nich*

saya jadi berfikir Banyaknya wanita lajang pada masa sekarang, mungkin karena Allah menginginkan adanya tangan–tangan terampil, pribadi-pribadi lembut namun perkasa untuk menanggung sebagian beban dunia. Tugas itu diantaranya adalah mengasuh anak-anak yatim, anak-anak jalanan, anak-anak tetangga yang kurang perhatian dan kurang pendidikan moral. Tugas itu diantaranya adalah ikut membenahi kerusakan sosial, kemiskinan, buruknya pendidikan dan aktifitas publik lainnya yang membutuhkan komitmen waktu, kemampuan dan kemandirian seorang wanita.

so, enjoy aja jeng jadi lajang, nikmati karena banyak yang lebih membutuhkan kita, dari pada kita harus susah payah jungkir balik ampe muter-muter nanya sana-sini buat menemukan keberadaan pangeran tampan baik hati nan sholeh itu berada. karena biar gimanapun, sang pangeran akan datang dengan sendirinya kok, dengan jalan yang amat sederhana, yang ngak pernah kita fikirkan sebelumnya. datang disaat yang tepat tentunya, dan dengan Izin Allah pastinya..
tapi klo emang ada juga diantara kita yang segitu kebeletnya pengen nemuin belahan jiwa, pasangan dan jodoh tercintanya sekarang juga, silahkan hubungi MR, biro jodoh, ato biar lebih cepat hubungi do'i langsung, jangan hubungi saya karna Hp saya lg nggak aktif... *gubraaaaak

cukup sekian tulisan saya, smoga ada manfaatnya.. klo nggak bermanfaat, ya ngak usah dibaca.. *lhoo???*
salam pramuka, eeeh salam ukhuwah dink..
rapatkan barisan, tebar senyum dan salam..
keep istiqomah dan hamasah..

pelangi = ukhuwah

Pelangi = Ukhuwah..

Allah Maha Kaya, Maha Pencipta. Apapun ciptaan-Nya pasti memiliki fungsi, tugas dan makna tersendiri. Tak ada yang sama antar satu dengan yang lainnya. Tugas bulan tak sama dengan pelangi. Fungsi matahari tak akan dapat digantikan dengan hujan. Atau, mana mungkin tumbuhan bisa hidup di awan. Berbeda–beda namun saling mendukung. Itu adalah dasar tujuan Allah menciptakan semua m
akhluknya. Mari melihat lebih jauh perbedaan itu. Lihat segalanya lebih dekat dan kau akan mengerti, itu kata Sherina.. :p

Pelangi, fenomena indah kuasa Allah. Ia memiliki berbagai macam warna yang melengkapinya. Merah, jingga, kuning, hijau, biru dan ungu. Mejikuhibiniu nama lain yang biasa dikenalkan pada anak SD. Komponen warna yang berbeda–beda dengan karakter yang khas pula..

Merah, sang berani. Pemimpin diantara yang lainnya. Karakter yang terwakili biasanya tegas, keras, berani dan tak pantang menyerah. Sering kali terlihat egois dan mau menang sendiri tapi tetap bisa bijaksana dalam menyikapi keadaan..

Jingga, si lembut. Selalu berusaha untuk menenangkan. Kalem dan pemalu. Jingga selalu terlihat menyenangkan dan mendamaikan. Tipe yang gampang “dibodohi” karena kepolosannya..

Kuning, sang pencerah suasana. Lincah, tak kenal henti dalam bergerak. Selalu berusaha riang dimana pun dan kapan pun berada. Terkadang menyilaukan tapi selalu ditunggu kehadirannya. Sering kali memusingkan orang lain karena perilakunya yang terlalu ribet..

Hijau, si teduh. Damai dan dapat membuat suasana menjadi hidup. Selalu peduli sesama dan sangat peka. Mementingkan orang lain dari pada kepentingan dirinya sendiri. Sang penengah suasana. Terkadang lupa akan kebutuhan dirinya sendiri..

Biru, yang tenang namun mendalam. Tempat sejuk, sesejuk langit ketika memandangnya. Tempat yang cocok jika kau ingin didengarkan. Selalu terbuka untuk menerima orang lain. Terkesan menutup diri karena tidak bisa mengungkapkan segala sesuatu yang dirasanya..

Ungu, my favourite colour. Si kompleks. Perpaduan antara biru dengan merah. Di satu sisi punya keberanian tapi terkadang lemah dalam mempertahankan pendapatnya. Sang kompetitif sejati. Selalu bisa hidup dimana pun ia berada..

Itulah bagian dari pelangi. Warna–warna yang berbeda dengan karakternya yang khas. Saling melengkapi dan membuat cerita indah bersama. Pelangi selalu dapat membuat orang yang melihatnya merasa bahagia dan nyaman. Karena perbedaan itu mereka bahagia..

Apalah jadinya jika pelangi hanya terdiri dari dua warna saja atau bahkan satu warna? Apakah tetap pelangi namanya? Apakah tetap membahagiakan orang yang melihatnya? Tentu saja tidak. Jika hanya biru saja, mengapa tidak lihat laut yang menenangkan itu, atau langit luas. Jika hanya kuning saja, silahkan tatap sang matahari di atas sana. Andai hanya ada hijau saja, pohon yang kokoh bisa mewakili itu semua..

Tetapi pelangi berbeda. Fenomena alam yang jarang kau temui. Hadir cuma sekejap namun memberikan kebahagiaan tak terhingga sehingga sangat sayang untuk dilewatkan. Oleh karena itu, tak ada yang salah dengan perbedaan. Yang ada sudut pandang kita, yang membuat kita berbeda.

Perbedaan itu membuat semuanya indah. Jika kita menikmatinya dan membuatnya menjadi bagian dalam hidup kita. Saling mengerti tentang kondisi teman–teman dan saudara–saudari kita adalah hal yang wajib untuk kita lakukan jika kita ingin menjadi pelangi. Maka biarlah warna–warni itu tetap hadir dengan kekhasannya. Hingga nantinya ia akan dapat membuat dirinya sendiri bahkan orang lain merasa bahagia, hanya dengan melihat dan menatapnya..

Kesimpulannya.. Pelangi = Ukhuwah. Ingin menikmati ukhuwah? Maka jalankanlah konsep dasar pelangi itu..

Hhmmm.. gak klimaks banget ya.. tapi buat orang yang sudah jadi bagian dari pelangi, pasti bisa merasakannya, hehee.. *maksa banget sih.. :p